Rabu, 24 Desember 2008

NATAL DAN TAHUN BARU, POLDA FOKUSKAN TEROR, SEMBAKO DAN LALU-LINTAS



NATAL DAN TAHUN BARU, POLDA FOKUSKAN TEROR, SEMBAKO DAN LALU-LINTAS
Rabu, 19 Desember 2007 16:07:28

Menyambut perayaan natal 2007 dan malam tahun baru 2008, Polda Jatim menitikberatkan (fokus) pengamanan yang ditujukan pada kemungkinan adanya aksi teror, penimbunan sembako dan lalu lintas.
Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol Dra Pudji Astuti MM di Mapolda, Rabu (19/12) mengatakan, untuk menjalankan pengamanan ini Polda menurunkan pasukannya sebanyak 11 ribu personel.
Pudji menjelaskan, anggota yang ada di jajaran Polda diminta lebih mewaspadai kemungkinan masuknya teroris di Jatim dengan terus melakukan operasi senpi dan kemungkinan-kemungkinan adanya masyarakat yang membawa bahan peledak (handak).
Seperti tahun-tahun sebelumnya, dalam melaksanakan operasi ini, seluruh anggota yang memiliki fungsi operasional dilarang mengambil cuti selama berlagsungnya Operasi Lilin. Korps itu di antaranya, anggota satuan intel, serse, satlantas, brimob dan samapta.
“Mereka harus siaga baik di markas komando maupun di tempat-tempat yang telah ditunjuk kasatwilnya untuk melakukan pengamanan,” ujarnya.
Operasi ini diberi nama sandi “Ops Lilin Semeru 2007-2008 dan secara resmi dimulai hari ini dan berakhir hingga tanggal 2 Januari 2008.
Selain merazia senpi dan amunisi, polisi juga akan mengawasai titik-titik keramaian, pusat peribadatan dan pergudangan sembako yang ada di Jatim.
Selain pengamanan Natal dan Tahun Baru, polda juga akan menggelar pengamanan ruas jalan dalam rangka perayaan Hari Raya Idul Adha, Kamis (20/12) besok. Nanti malam aparat kepolisian juga melakukan pengamanan di beberapa ruas jalan di kota Surabaya.
Mengenai kemungkinan adanya pawai takbir, Direktur Lalu Lintas Polda Jatim, , Kombes Pol Tjondro Kirono mengatakan, hal itu sudah diantisipasinya. Sesuai perintah Kapolri, masyarakat dilarang melakukan takbir keliling untuk menyambut Idul Adha.
“Saya sudah perintahkan anak buah saya di lapangan untuk terus memantau kelancaran lalu lintas pada malam takbir dan menertibkan kelompok masyarakat yang melakukan takbir keliling,” ujarnya.
Lebih lanjut Tjondro mengatakan, untuk mencegah arak-arakan yang masuk Kota Surabaya, polisi akan menjaga pintu masuk Surabaya. Kelompok masyarakat yang tetap melakukan konvoi akan diarahkan masuk ke dalam Polsek, Polres atau Polwil terdekat dan selanjutnya mereka akan diperiksa identitasnya dan diperiksa kelengkapan surat-surat kendaraannya.
Setelah memiliki kelengkapan identitas dan surat berkendara, polisi akan meminta mereka untuk kembali, dan apabila tetap mengabaikan arahan itu, maka polisi akan menindaknya sesuai hukum yang berlaku. “Itu protap yang kami berikan kepada anggota,” ujarnya.
Larangan pawai ini dimbau, karena menurutnya, lebih banyak merugikan dan membahayakan pengguna jalan lainnya. Polisi mencoba untuk mengeliminir agar dijalanan tidak terjadi gesekan antara sesama pengguna jalan. “Ini bahaya, makanya kita larang,” katanya.
Tjondro menegaskan, untuk mengamankan jalanan di Surabaya pada malam menjelang pergantian tahun, Senin (31/12), polisi tidak akan melakukan penutupan jalan, blokade atau rekayasa jalur. “Semuanya berjalan seperti biasanya,” ujarnya. *(rif) Dinas Ifokom Jatim

Kamis, 18 Desember 2008

Desert Rose - STING



Hallo, semua santai sejenak untuk dengerin lagu dari STING, jebolan The POLICE, iramanya seperti irama Gurun SAHARA, saya persembahkan untuk rekan-rekan saya yang sudah kembali dari melaksanakan ibadah Haji, selamat datang ke tanah air, semoga menjadi Haji yang Mabrur, Amin.





Rabu, 17 Desember 2008

Ditilang Polisi


DITILANG POLISI

Dari kejauhan, lampu lalu-lintas di perempatan itu masih menyala hijau.
Jono segera menekan pedal gas kendaraannya.
Ia tak mau terlambat.
Apalagi ia tahu perempatan di situ cukup padat, sehingga lampu merah biasanya menyala cukup lama..
Kebetulan jalan di depannya agak lengang.
Lampu berganti kuning.
Hati Jono berdebar berharap semoga ia bisa melewatinya segera.
Tiga meter menjelang garis jalan, lampu merah menyala. Jono bimbang, haruskah ia berhenti atau terus saja. "Ah, aku tak punya kesempatan untuk menginjak rem mendadak," pikirnya sambil terus melaju.

Priiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit!

Di seberang jalan seorang polisi melambaikan tangan memintanya berhenti.
Jono menepikan kendaraan agak menjauh sambil mengumpat dalam hati.
Dari
kaca spion ia melihat siapa polisi itu.
Wajahnya tak terlalu asing.
Hey, itu khan Bobi,teman mainnya semasa SMA dulu.
Hati Jono agak lega.
Ia melompat keluar sambil membuka kedua lengannya.

"Hai, Bob. Senang sekali ketemu kamu lagi!"

"Hai, Jon." Tanpa senyum.
"Duh, sepertinya saya kena tilang nih?
Saya memang agak buru-buru.
Istri saya sedang menunggu di rumah."
"Oh ya?"

Tampaknya Bobi agak ragu.

Nah, bagus kalau begitu.

"Bob, hari ini istriku ulang tahun.
Ia dan anak-anak sudah menyiapkan segala sesuatunya. Tentu aku tidak boleh terlambat, dong."
"Saya mengerti. Tapi, sebenarnya kami sering memperhatikanmu melintasi lampu merah di persimpangan ini."

Oooo, sepertinya tidak sesuai dengan harapan.
Jono harus ganti strategi.

"Jadi, kamu hendak menilangku?
Sungguh, tadi aku tidak melewati lampu merah.
Sewaktu aku lewat lampu kuning masih menyala."

Aha, terkadang berdusta sedikit bisa memperlancar keadaan.


"Ayo dong Jon. Kami melihatnya dengan jelas.

Tolong keluarkan SIM-mu."

Dengan
ketus Jono menyerahkan SIM, lalu masuk ke dalam kendaraan dan menutup kaca jendelanya.
Sementara Bobi menulis sesuatu di buku tilangnya.

Beberapa saat kemudian Bobi mengetuk kaca jendela. Jono memandangi wajah Bobi dengan penuh kecewa.
Dibukanya kaca jendela itu sedikit.
Ah, lima centi sudah cukup untuk memasukkan surat tilang.
Tanpa berkata-kata Bobi kembali ke posnya.
Jono mengambil surat tilang yang diselipkan Bobi di sela-sela kaca jendela.

Tapi, hei apa ini.
Ternyata SIMnya dikembalikan bersama sebuah nota. Kenapa ia tidak menilangku.
Lalu nota ini apa?
Semacam guyonan atau apa?

Buru-buru Jono membuka dan membaca nota yang berisi tulisan tangan Bobi.

"Halo Jono, Tahukah kamu Jon, aku dulu mempunyai seorang anak perempuan.
Sayang, ia sudah meninggal tertabrak pengemudi yang ngebut menerobos lampu merah.
Pengemudi itu dihukum penjara selama 3 bulan. Begitu bebas, ia bisa bertemu dan memeluk ketiga anaknya lagi.
Sedangkan anak kami satu-satunya sudah tiada.

Kami masih terus berusaha dan berharap agar Tuhan berkenan mengkaruniai seorang anak agar dapat kami peluk.
Ribuan kali kami mencoba memaafkan pengemudi itu.
Betapa sulitnya.
Begitu juga kali ini.
Maafkan aku Jon.
Doakan agar permohonan kami terkabulkan. Berhati-hatilah.
(Salam, Bobi)".

Jono terhenyak.
Ia segera keluar dari kendaraan mencari Bobi.
Namun, Bobi sudah meninggalkan pos jaganya entah ke mana.
Sepanjang jalan pulang ia mengemudi perlahan dengan hati tak menentu sambil berharap kesalahannya dimaafkan... ....

Tak selamanya pengertian kita harus sama dengan pengertian orang lain.
Bisa jadi suka kita tak lebih dari duka rekan kita.
Hidup ini sangat berharga,
jalanilah dengan penuh hati-hati.

Drive Safely Yuuuk


Pesan Ikhlas dari seorang Polisi lalulintas

Rabu, 10 Desember 2008

MENGHARGAI ORANG LAIN


Menghargai Orang Lain

Dikisahkan, di sebuah pesta perpisahan sederhana pengunduran diri seorang direktur.

Diadakan sebuah sesi acara penyampaian pesan, kesan, dan kritikan dari anak buah kepada mantan atasannya yang segera memasuki masa pensiun dari perusahaan tersebut.

Karena waktu yang terbatas, kesempatan tersebut dipersilahkan dinyatakan dalam bentuk tulisan.
Diantara pujian dan kesan yang diberikan, dipilih dan dibingkai untuk diabadi kan kemudian dibacakan di acara tersebut, yakni sebuah catatan dengan gaya tulisan coretan dari seorang office boy yang telah bekerja cukup lama di perusahaan itu.

Dia menulis semuanya dengan huruf kapital sebagai berikut :

"Yang terhormat Pak Direktur. Terima kasih karena Bapak telah mengucapkan kata "TOLONG", setiap kali Bapak memberi tugas yang sebenarnya adalah tanggung jawab saya.


Terima kasih Pak Direktur karena Bapak telah mengucapkan "MAAF", saat Bapak menegur, mengingatkan dan berusaha memberitahu setiap kesalahan yang telah diperbuat karena Bapak ingin saya merubahnya menjadi kebaikan.

Terima kasih Pak Direktur karena Bapak selalu mengucapkan "TERIMA KASIH" kepada saya atas hal-hal kecil yang telah saya kerjakan untuk Bapak.

Terima kasih Pak Direktur atas semua penghargaan kepada orang kecil seperti saya sehingga saya bisa tetap bekerja dengan sebaik-baiknya, dengan kepala tegak, tanpa merasa direndahkan dan dikecilkan.
Dan sampai kapan pun bapak adalah Pak Direktur buat saya. Terima kasih sekali lagi.
Semoga Tuhan meridhoi jalan dimanapun Pak Direktur berada. Amin."

Setelah sejenak keheningan menyelimuti ruangan itu, serentak tepuk tangan menggema memenuhi ruangan.
Diam-diam Pak Direktur mengusap genangan airmata di sudut mata tuanya, terharu mendengar ungkapan hati seorang office boy yang selama ini dengan setia melayani kebutuhan seluruh isi kantor.

Pak Direktur tidak pernah menyangka sama sekali bahwa sikap dan ucapan yang selama ini dilakukan, yang menurutnya begitu sederhana dan biasa-biasa saja, ternyata mampu memberi arti bagi orang kecil seperti si office boy tersebut.

Terpilihnya tulisan itu untuk diabadikan, karena seluruh isi kantor itu setuju dan sepakat bahwa keteladanan dan kepemimpinan Pak Direktur akan mereka teruskan sebagai budaya di perusahaan itu.

Hemmmmm Pembaca Yang Budiman,

Tiga kata "terimakasih, Maaf, dan tolong" adalah kalimat pendek yang sangat sederhana tetapi mempunyai dampak yang positif. Namun mengapa kata-kata itu kadang sangat sulit kita ucapkan? Sebenarnya secara tidak langsung telah menunjukkan keberadaban dan kebesaran jiwa sosok manusia yang mengucapkannya.
Apalagi diucapkan oleh seorang pemimpin kepada bawahannya.

Pemimpin bukan sekedar memerintah dan mengawasi, tetapi lebih pada sikap keteladanan lewat cara berpikir, ucapan, dan tindakan yang mampu membimbing, membina, dan mengembangkan yang dipimpinnya sehingga tercipta sinergi dalam mencapai tujuan bersama.

Tentu bagi siapapun kita perlu membiasakan mengucapkan kata-kata pendek seperti terima kasih, maaf, dan tolong dimana pun, kapan pun, dan dengan siapa pun kita berhubungan. Dengan mampu menghargai orang lain minimal kita telah menghargai diri kita sendiri.